Ketika Pulang Tidak Ada Nasi

Satu kejadian yang sedikit menyebalkan, menyayat hati.

Adalah waktu sedang lapar-laparnya, baru pulang kuliah, kemudian membeli lauk, dan setelah sampai di kosan, ternyata tidak ada nasi, belum menanak nasi.

Lauknya mau diapain?
1. Ingin dimakan saja kan kurang kenyang
2. Ingin pergi ke warteg untuk makan, sudah terlanjur karena sudah membeli lauk
3. Lauknya mau dikembalikan ke warteg kan mustahil, malu, hahaha
4. Mau dibuang lauknya, bodoh, he

Ah, kalau saya lebih memilih membeli roti, kemudian menanak/memasak nasi. Sembari menunggu nasi sudah siap dimakan, sambil memakan roti, agar tidak kelaparan, he. Rotinya tidak banyak, hanya untuk menunda lapar saja.

Bagi orang yang sabar atau sudah terbiasa puasa sunnah, saya rasa tidak keberatan menunggu 30 menit sampai nasinya matang. Hm, sepertinya harus belajar dan berusaha istiqomah untuk puasa sunnah.

Nelpon Akhwat

Beli paket nelpon 3000an di salah satu provider, niat hanya buat nelpon orang tua. Yosh!, tidak menunggu lama langsung menelepon orang tua. Biasa, menanyakan kabar, minggu ini mengerjakan apa saja, dan sempat berbicara sama adik-adik yang ada di kampung sana, Lombok.

Setelah menelepon mereka, ternyata masih ada sisa gratisan menelepon. Ah sayang kata hati, harus dihabiskan nih, mubazir. Pertama menelepon teman, teman cewek, eh nomornya nggak aktif. Lanjut menelepon cewek lagi, akhirnya nyambung juga, tapi dia bilang “maaf ini Aku sedang telponan sama teman, ada tugas”. Saya hanya bisa menjawab, “iyo nggak apa-apa, maaf ya mengganggu, Saya tutup telponnya, Assalamualaikum.” tut tut tuuut, perbincangan hanya itu saja.

Hadduuuh. Akhirnya Saya nelpon akhwat. Yang tadi nelpon cewek, kalau yang ini nelpon akhwat lho ya. hahaha. Baik, Saya menelepon dia, lumayan lama Saya menunggu, sepertinya Dia batuk-batuh dulu, “ehem, ehem” biar suaranya bagus, he. Akhirnya di jawablah, “iya halooo”,

Saya: Tahu Saya siapa?
Akhwat: iya lah, kan namanya ada di sini, ada yang bisa dibantu?
Saya: Nggak ada
Akhwat: Ooh, kalau nggak ada, yaudah ditutup saja ya.
Saya: hah?
Akhwat: iya, kata Ustad Saya kalau nelpon ikhwan dan tidak ada keperluan, harus di waktu.
Saya: Oh gitu, baik terimakasih ya. hihihi. Saya tutup nih telponnya, bye~

tut tut tuuut…
Jleb, ini yang terakhir.
Sudah kapok memanfaatkan gratisan nelfon buat nelpon-nelpon orang kalau tidak ada keperluan, ya buat apa. Pelajaran memang tidak mesti dari buku pelajaran, melainkan juga dari pengalaman memalukan. hihihi.

Kalah Penalti itu (Perih)

Percuma memasukkan bola di setiap pertandingan kalau ujung-ujungnya kalah. Barangkali Anda pernah menonton adu penalti di televisi, Saya yakin suasananya menegangkan, apalagi yang main adalah tim favorit Anda. Sebenarnya daripada Anda yang sedang menonton, mereka jauh lebih “cenat-cenut” deg-deg-an.

Hari ini milik tim lawan. Kami kalah adu penalti di semifinal. Padahal, sudah unggul 2 gol, dan peluang jauh lebih banyak kami dapatkan daripada tim lawan. Tapi, di babak kedua, mereka bisa mengejar ketertinggalan dan sampailah pada saat yang paling menyebalkan, adu penalti. Tiga penembak kami gagal memasukkan bola ke gawang, sialnya nasib kami.

Saya teringat, ketika menembak bola, sudah tiga kali membentur tiang gawang lawan. Mereka benar-benar beruntung bisa menang, atau ini hanya alasan dariku karena kalah, haddeeeh. Saya lebih memilih kalah 5-0 daripada kalah adu penalti, kalah adu penalti rasanya “perih” sekali, sakitnya 11-12 dengan putus cinta, hemm. Sedihnya lagi, kita tidak dapat duit karena tidak ada perebutan juara 3. Kami hanya pamit ke lawan, bersalaman, dan langsung pulang…
Malang sekali,

Sedih Juga Ketinggalan

Teman-teman kuliah sudah kemana, Saya masih baru di sini. Teman-teman sudah belajar itu, Saya masih muter-muter tidak karuan. Teman-teman sudah berpikir ke depan, Saya berpikir jauh lebih ke depan, hehehe. 

Kuliah dengan adik tingkat. Ini mengindikasikan Saya ketinggalan materi kuliah. Materi kuliah Sistem Basis Data, yang ngajar adalah teman kelas Saya dahulu ketika masih tingkat satu sampai tiga, jadi kami selama tiga tahun belajar dalam kelas yang sama. Sekarang pun masih pada kelas yang sama, namun beda tingkatan, Dia yang ngajar, Saya yang diajar.

Sedih juga ketinggalan, kurang greget kalau kuliahnya bareng adik tingkat. Kalau niatnya untuk mencari jodoh, barangkali ini pilihan yang tepat, tapi kan tidak seperti ini. Saya berasa ditekan, digenjot, hahaha. Tapi tidak mengapa, ini hanya bagian episode hidup yang harus Saya lalui, agar kelak bisa lebih baik lagi, dan tidak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna sama sekali.

Cerita Harga yang Tidak Tertera

Benar-benar zonk!

Malam ini kedapatan zonk kerana harga makanan yang tidak tertera. hahaha. Biasanya pada sebuah restoran, warung makan, dkk terdapat label harga, sehingga ini kantong bisa mengukur seberapa besar nominal yang akan dikeluarkan. Tepatnya di Bandung, jalan Cipaganti, ceritanya “kami” membeli bakso Malang yang di pinggir jalan.

Sebenarnya sudah bisa ditebak kalau warung makan yang di pinggir jalan biasanya harganya mahal. Karena yang dipertimbangkan belum pernah makan bakso Malang, yo wes tak coba! apapun yang terjadi -_-

singkat cerita, tidak ada label harga yang tertera.
rasanya enak,
memang, kami merasa puas…
sejenak,
habis…, luluh lantah,
ke kasir,
antri membayar,
dan,
rasa puas beralih ke kasir, -_-

Waalaikumussalam Wr. Wb.