Mainan Anak Zaman Now vs Zaman Old

Banyak orang yang bilang mainan anak-anak sekarang itu tidak asyik. Contohnya adalah main smartphone lah, main Laptop lah, main tablet lah, dan berbagai macam teknologi baru lainnya. Mainan anak-anak zaman sekarang kok dibilang nggak asyik? mereka bilang kerjaannya hanya itu saja, jarang sekali bermain keluar, berdiam diri dan memainkan gadget-nya.

Dibalik itu, anak-anak itu bilang “ah kasian sekali kakak-kakak itu, masa kecilnya cuman main pletokan, sodor, lompat tali, katapel, petak umpet, benteng, egrang, kelereng, congklak, bekel, gangsingan.”

Yaps! ketika kita menganggap mainan anak-anak zaman sekarang tidak asyik, mereka (anak-anak ) itu menganggap mainan kita dahulu malah lebih tidak asyik, hihihi.

Sekarang, Gampang Menjadi Ustadz

Sekarang, gampang sekali menjadi Ustadz. Modal bisa iqro jilid dua asal bisa internetan, desain, copy-paste, share postingan, sudah bisa jadi ustadz. Benar apa yang dikatakan alm. Zainuddin MZ, masa-masa ini gampang sekali menjadi ustadz, sampai beliau mengatakan nanti ustadz sudah tidak laku lagi, dalam candaannya.

Orang lebih cenderung bertanya kepada Google dkk daripada pergi ke pengajian di masjid-masjid, syukur-syukur jika bisa bertanya langsung kepada ulama. Mbah Google hanya serba tahu, bukan maha tahu. Tidak ada salahnya searching seperti itu, bagus kok, melainkan jangan langsung ditelan bulat-bulat.

Seputar membagikan ilmu, memang kita dianjurkan untuk menyampaikan walau satu ayat. Bagus, artinya kita menebar manfaat, menebar kebaikan. Tapi cobalah kaji ulang, sampai kita yakin atas kebenaran apa yang kita akan bagikan/share.

Blogger bergaya ustadz, desainer bergaya ustadz, medsos-er bergaya ustadz. Sekarang, gampang kan jadi ustadz?

Banyak Orang Mendadak Jadi Bijak

Sekarang banyak orang mendadak jadi bijak, tanpa terkecuali saya. Beretorika menarik dalam status, menarik perhatian banyak orang, indah memang bahasanya. Orang berkata bijak sekarang sudah tidak keren lagi, karena pelakunya banyak. Seperti wanita cantik di tengah-tengah gerombolan wanita cantik, Ia tidak cantik lagi.

Lebih penting, bukan bahasa yang bijak, melainkan perilaku.

Eh, saya menulis seperti ini termasuk bijak apa tidak? hehehe, apalah artinya bijak dalam tulisan dan bahasa jika tidak dibarengi bijak dalam berperilaku.

Hahahaha

Pernah mengekspresikan ketawa dengan hahahaha? wkwkwkwk? hahawkwkwk? ahahahaha? bruakakakak? atau apalah itu tulisannya. Kalau sering SMSan, BBMan, LINEan, WAan, dll, saya yakin pasti pernah.

Pertanyaannya adalah apakah ketika menuliskan hahahaha, benar adanya pada saat itu juga kita “sedang” tertawa? hm, kadang bohong kadang benar tertawa bukan?!

Sekarang memang seperti ini, sulit mencari kebenaran jika sudah ada kata “maya”, dunia maya. Dunia maya, kau membingungkan umat manusia…

Apa Kabar?

“Hai, apa kabar?”

Sekarang menanyakan kabar sudah rada-rada berat. Karena sebelum ditanya, kita sudah tahu kabar si Dia, tahu dari mana? jejaring sosial. Menanyakan kabar secara langsung lambat laun malah memudar. Saya pikir tidak ada salahnya menanyakan kabar si Dia secara langsung, walaupun kita sudah tahu keadaannya.

Sekarang orang lebih memilih untuk membuka aplikasi jejaring sosial/media sosial kemudian menutup pintu kamarnya, daripada pergi bermain ke rumah teman. Tidak ada yang salah, tapi jangan sampai teknologi ini membuat kita bisu menanyakan kabar kerabat secara langsung.

Beginilah sekarang, terima tidak terima, harus terima.